Jakarta, CNN Indonesia — Serikat Karyawan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (Sekarga) mengatakan pilot dan awak kabin tak memiliki rencana untuk mogok kerja akibat kasus penolakan dua komisaris atas laporan keuangan tahun 2018 maskapai pelat merah tersebut.Sekarga juga mengklarifikasi bahwa rencana mogok kerja yang dimuat di dalam surat kepada pemegang saham tersebut tidak benar. Bahkan, Sekarga juga mengatakan tidak pernah membuat surat semacam itu. “Hingga saat ini, seluruh pilot, awak kabin, dan karyawan Garuda Indonesia tetap melaksanakan tugas dan mendukung kinerja perusahaan dengan maksimal,” seperti dikutip dari siaran resmi Sekarga yang ditandatangani Ketua Umum Sekarga Ahmad Irfan dan Presiden Asosiasi Pilot Garuda (APG) Bintang Hardiono, Senin (29/4).Kemudian, Sekarga juga meminta publik untuk tidak mempercayai informasi lain yang beredar. “Sebelum ada pernyataan resmi dari Sekber (APG dan Sekarga),” imbuh surat tersebut.
Sebelumnya, beredar surat Sekretariat Bersama Sekarga yang mengatakan bahwa pilot dan awak kabin Garuda Indonesia berencana melakukan mogok kerja pasca laporan keuangan tahun 2018 ditolak dua komisaris. Menurut surat tersebut, peristiwa itu merusak kepercayaan publik terhadap harga saham Garuda Indonesia dan pelanggan setia maskapai tersebut.Namun, Presiden APG Bintang Hardiono menegaskan karyawan belum mengambil sikap atas perseteruan salah satu pemegang saham dengan manajemen saat ini. Namun, dalam waktu dekat pihaknya akan mengumpulkan seluruh karyawan untuk mendiskusikan situasi ini. “Hoax surat itu. Sementara berjalan normal. Hanya saja memang kami akan sikapi dengan berita-berita yang beredar di luar itu. Tapi kami belum buat pernyataan,” kata Bintang kepada CNNIndonesia.com, Sabtu (27/4).
Ia mengaku tak tahu bagaimana surat palsu itu bisa tersebar di publik. Yang pasti, belum ada kesimpulan yang bisa diambil oleh karyawan Garuda Indonesia atas perbedaan pendapat sebagai pemegang saham dengan manajemen.”Tidak tahu saya, namanya politik,” imbuhnya. Diketahui, dua komisaris Garuda Indonesia enggan menandatangani buku laporan keuangan tahunan 2018. Mereka adalah Chairal Tanjung dan Dony Oskaria, perwakilan dari PT Trans Airways dan Finegold Resources Ltd selaku pemilik dan pemegang 28,08 persen saham Garuda Indonesia. Mereka tidak mengakui pendapatan transaksi yang tertuang di dalam perjanjian kerja sama penyediaan layanan konektivitas dalam penerbangan sebagai Mahata dan anak usaha Garuda Indonesia, yakni PT Citilink Indonesia.[Gambas:Video CNN]Sebab, pendapatan sebesar US$239,94 juta yang merupakan pendapatan Garuda Indonesia atas kerja sama itu belum juga dibayarkan oleh Mahata hingga akhir 2018. Namun, manajemen tetap mengakuinya sebagai pendapatan perusahaan. Keputusan itu membuat kinerja Garuda Indonesia terlihat lebih baik pada 2018. Bila pada 2017 masih rugi sebesar US$216,58 juta, perusahaan mendadak membukukan laba pada 2018 sebesar US$809,84 ribu.(glh/bir)