Merdeka.com – Wafatnya Ani Yudhoyono membawa kesedihan bagi perajin batik Semarang Umi Sumiati. Perintis kebangkitan batik Semarang dengan mendirikan sanggar Batik Semarang 16 itu bercerita bahwa tanpa dukungan Ani Yudhoyono, batik gaya Semarang mungkin tak akan bangkit.
“Diiisiasi oleh bu Wali Kota Semarang Sinto Adiprasetyorini, kami riset dan revitalisasi Batik gaya Semarang dengan berbagai pelatihan. Setelah kami memiliki produk, bu Ani Yudhoyono mendukung penuh baik promosi maupun mengenakan,” kata Umi Sumiati mengenang.
Dalam peresmian renovasi gedung Lawang Sewu, semua pejabat diminta mengenakan batik. Awalnya oleh birokrat setempat ditawarkan batik-batik dari Solo atau Pekalongan. Namun saat itu Ani Yudhoyono menolak.
“Beliau ingat kalau di Semarang memiliki batik khas yang sempat diperkenalkan oleh bu Sinto yang kebetluan suaminya ketua DPD Partai Demokrat Jawa Tengah. Maka beliau meminta batik Semarang motif khusus Lawang Sewu,” kata Umi.
Motif Lawang Sewu bagi sanggar Batik Semarang 16 sebenarnya motif rintisan. Ini adalah salah satu dari 10 motif awal yang saat proses desainnya melibatkan banyak pemikiran. Mulai dari riset tentang Lawang Sewu hingga ide-ide stilisasi dan latar yang digunakan.
Saat itu proses bangkitnya batik Semarang masih banyak diragukan keberhasilannya. Sebab selain biaya produksi yang tinggi, juga tak ada anak-anak muda yang berminat menekuni batik sebagai penopang hidup.
“Kalaupun ada, mereka lebih banyak memperlakukan sebagai sebuah lowongan kerja saja. Bekerja di batik tapi tak punya passion tentang batik. Bu Ani Yudhoyono berjasa menumbuhkan passion bagi anak-anak muda,” kata Umi Sumiyati.
Peran Ani Yudhoyono dalam pengembangan dan konservasi batik di daerah sangat signifikan. Ani tak hanya mengenalkan, namun juga memperhatikan batik dari hulu hingga hilir. Bukan hanya membuat atau memproduksi kain batik saja, namun juga memperhatikan kelangsungan hidup para pembuat peralatan batik.
“Misalnya membuat canting. Tak banyak yang berpikir detail seperti Bu Ani. Makanya sanggar Batik Semarang 16 saat ini bisa masuk kategori konservasi, karena mulai canting, motif, memproses malam semua kita tangani sendiri,” kata Umi.
Di sanggar Batik Semarang 16, bukan hanya memproduksi kain dan menjual, namun lahan-lahan kosong yang dimiliki juga ditanami tanaman bahan baku pewarna alam. Semua dilakukan setelah Umi Sumiyati dan Sinto Adiprasetyorini banyak berdiskusi dengan Ani Yudhoyono.
Sinto Adiprasetyorini juga mengaku bahwa dalam urusan batik, Ani Yudhoyono sangat berpikir detail. Sebelum menggenjot pemasaran, disiapkan seluruh perangkat. Mulai dari alat pendukung sampai menghidupkan kebiasaan berbatik dan membatik.
“Tak heran kalau 2009 PBB menetapkan sebagai warisan budaya dunia non benda. Ini bu Ani sangat berjasa ketika blusukan kesana kemari menyemangati para perajin di seluruh pelosok Indonesia. Bu Ani biasa kerja nyata dalam senyap dan tak banyak ekspose,” kata Sinto.
Kini, Ani Yudhoyono sudah tiada. Namun bagi para perajin batik yang paham tentang kecintaan Ani Yudhono terhadap batik, namanya akan selalu dihidupkan. Sanggar Batik Semarang 16 rencananya akan membuat sebuah desain motif yang didedikasikan untuk Ani Yudhoyono.
“Sejak beliau sakit, kami sudah riset untuk membuat desain yang kami dedikasikan buat beliau,” kata Umi.
Selamat jalan bu Ani. [ded]