
Alam dan rekan-rekannya terus bekerja mengangkut sampah meski panas terik menerjang. FOTO: KLIKBONTANG/FITRIKLIKBONTANG.com — “Berbahagialah dia yang makan dari keringatnya sendiri. Bersuka karena usahanya sendiri, dan maju karena pengalamannya sendiri.” Kutipan Pramoedya Anata Toer dalam buku Bumi Manusia itu, seketika meluncur kala menyaksikan ritme kerja Alamsyah – Selanjutnya Alam– sebagai petugas pengangkut sampah di Kota Bontang. KlikBontang berkesempatan menyaksikan ia dan rekannya; Aldo, Ahmad, dan Sopu’. Bekerja, mengangkuti tong-tong sampah buangan warga kota, yang tersebar di sejumlah sudut jalan kota Bontang. Ramadan hari kedua, Selasa (7/5/2019). Sekira pukul 13.10 Wita adalah waktu dimana cuaca di Bontang berada di titik kulminasi. Terik matahari sungguh menusuk kulit. Dari kejauhan, aspal jalan bahkan terlihat mengepul. Akibat panasnya siang hari itu. Panas bukan halangan bagi Alam dan kawan untuk menunaikan tanggung jawabnya. Memastikan tong-tong sampah bersih sebelum kembali diangkut pukul 01.00 dini hari nanti. “Jadwal sedikit diubah selama Ramadan. Di hari biasa, kami ambil sampah jam 3 (Pagi). Sekarang dimajukan jadi jam 1 (Dini hari) supaya tidak ketinggalan sahur,” tutur Alam kepada KlikBontang. Dalam garis komando. Petugas pengangkut sampah berada di bawah Unit Pelaksana Tugas (UPT) Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bontang Lestari. Sedang puncak komando berada di Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Bontang. Alam sendiri telah melakoni pekerjaa ini selama 8 bulan. Masih terbilang baru ketimbang kawan lainnya, yang sudah bertahun-tahun menjalani pekerjaan hebat ini. Sebelumya, pria berusia 30 tahun ini menganggur lama. Datang dari Palopo ke Bontang untuk mengadu nasib. Apa mau dibuat, keadaan ternyata sama saja. Dimana pun, mencari kerja amat sukar. Ia sempat frustasi. Seorang kerabat lantas menawarinya pekerjaan sebagai pengangkut sampah. Awalnya ia masih pikir-pikir. Berhubung ia lama menganggur. Serta tak enak hati kelamaan menggantungkan hidup dengan keluarga. Walhasil disinilah ia, menjalani pekerjaannya sebagai pengakut sampah untuk UPT TPA Bontang Lestari. Upah petugas pengangkut sampah berkisar Rp 2,7 per bulan. Sejatinya ini dibawah UMK Bontang, yakni Rp 2,9 juta. Selain itu, tak ada uang tambahan lain atau uang lembur. Namun mereka mendapat fasilitas BPJS. “Kalau hariannya mungkin sekitar Rp 90-an lah mbak,” terang Alam. Dalam perjalanannya. Lebih banyak duka ketimbang suka yang Alam rasakan selama menjalani pekerjaan hebat ini. Paling terasa ialah mengenai pandangan miring masyarakat. “Ya gimana, mbak. Kerjaan kita begini, tiap hari pegang sampah. Lain-lain sudah dilihat warga. Kayak apa yah. Kayak kasihan betul kita,” jujurnya. Tak berhenti di situ. Alam mengenang. Pernah satu hari, dirinya mengakuti tong-tong sampah di jalan untuk masuk ke dalam truk sampah. Seketika pengguna jalan melempari dirinya dengan kantung sampah lain. Pas mengenai tubuhnya. Sebagai manusia biasa, tentu ia kesal. Amat kesal. Namun lama-kelamaan, ia memahfhumi itu. Mengapa? karena seiring waktu, perlakuan tak sopan itu kerap ia alami. Bukan hanya dirinya. Namun kawan sepekerjaan. “Apalagi kalau kita lagi serok sampah yang keluar-keluar tong itu. Sering betul orang naik motor, langsung aja dilempar sampahnya,” kenangnya. Dari semua perlakuan itu. Ada satu paling berbekas di benak Alam. Ia mengenang itu, sebagai pengalaman memilukan. “Pernah ada orang saya ingatkan, jangan buang sampah diluar tong. Terus orang yang saya kasi tahu itu malah marah. Bilang “Kamu digaji, yasudah kerja aja,”” ujar lelaki yang masih lajang ini. Di momen Ramadan ini. Tantangan kerja tentu makin terasa. Meski puasa, beban kerja tak beda. Tetap harus mengakut tong sampah ke dalam boks truk sampah. Tetap harus menyerok sampah-sampah yang meluber di luar tong. Tetap harus bekerja dibawa terik matahari. Meski begitu, tak ada keluhan ia layangkan. Sebab ia menyadari, ini konsekuensi pekerjaan. Tapi ada satu hal cukup menghibur diri. Yakni kabar bahwa petugas pengangkut sampah bakal menerima Tunjangan Hari Raya (THR) dari Pemkot Bontang. “Ini kan puasa pertama saya kerja (Menjadi petugas pengangkut sampah). Jadi kurang tahu benar atau tidaknya (Dapat THR). Cuma kalau benar, saya bersyukur sekali,” harapnya. Sedang untuk masyarakat. Alam tak meminta banyak. Ia hanya berharap agar masyarakat membuang sampah pada tempatnya. Jangan biarkan meninggalkan sampah di luar tong. “Kalau sampahnya ada di tong (Sampah). Itu sangat membantu kami,” pungkasnya. ***