sebagai.com, JAKARTA — Setelah Lebaran, kerap menjadi waktu favorit yang dipilih karyawan untuk mengundurkan diri dari perusahaan.Country Manager of Robert Walters Indonesia Eric Mary mengatakan pengunduran diri karyawan pasca-Lebaran itu disebabkan telah cairnya Tunjangan Hari Raya (THR) dan banyaknya perusahaan yang membuka lowongan kerja usai lebaran sehingga menjadikan momen ini sebagai waktu yang tepat untuk keluar dan mencoba pekerjaan baru.”Namun, ini bukan merupakan satu-satunya alasan mengapa karyawan resign, karena tidak menutup kemungkinan bahwa mereka telah merencanakan pengunduran dirinya sejak jauh-jauh hari karena berbagai macam alasan,” ujarnya dalam siaran pers, Rabu (12/6).Pada sektor industri digital yang sekalipun menawarkan berbagai macam paket benefit menarik untuk karyawannya, turnover karyawannya merupakan yang paling tinggi dibandingkan dengan sektor industri lain di Indonesia, bahkan hingga mencapai 19,22%. Industri lain rata-rata hanya 10%, menurut data terakhir dari Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA).Dilansir dari temuan Robert Walters Asia yang telah melakukan survei kepada 771 pencari kerja dan 496 manajer perekrutan di Asia, termasuk Indonesia, menyatakan bahwa ada lima alasan utama mengapa karyawan mengundurkan diri. Alasan itu yakni karyawan profesional memiliki keinginan kuat untuk selalu tumbuh dan berkembang di dalam sebuah perusahaan, dikutip dari laporan Robert Walters, prospek pertumbuhan yang buruk di dalam sebuah perusahaan merupakan satu dari dua alasan utama mengapa karyawan mengundurkan diri.Eric menuturkan gaji adalah alasan utama lainnya. Karyawan dapat dengan mudah membandingkan dengan penghasilan rekan seprofesinya dari perusahaan lain, yang dapat memudahkan mereka dalam menilai bagaimana perusahaannya menghargai mereka.Selain itu pula, karyawan yang baik tidak ingin sekadar bekerja. Mereka ingin terlibat dengan pekerjaannya secara mendalam dan merasa terus tertantang untuk mendapatkan pelajaran yang bermanfaat dari apa yang dikerjakannya.”Karyawan menginginkan pengakuan atas pekerjaan mereka. Ketika perusahaan mengabaikan prestasi karyawannya, mereka tidak segan untuk mencari perusahaan yang mau mengapresiasi hasil pekerjaannya,” ucapnya. Setiap karyawan memiliki preferensi masing–masing terhadap budaya perusahaan yang membuatnya nyaman. Namun, tidak adanya komunikasi terbuka sebagai manajer dan karyawan di tempat kerja merupakan budaya buruk yang sering kali mengganggu kenyamanan karyawan di sebuah perusahaan.